Harian Kendari

Peringatan 1 Abad NU Lantang Menyerukan TIDAK Terhadap Radikalisme

KENDARI – Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PC-NU) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) gelar Tasyakur Harlah dalam rangka memperingati satu Abad NU dan diikuti kurang lebih 2000 peserta dari perwakilan Pengurus Cabang masing-masing kecamatan.

Kegiatan yang dihadiri langsung oleh Wakapolda Sultra, Brigpol Waris Agono tersebut mengangkat tema Merawat Jagat Membangun Peradaban, dilaksanakan di kelurahan Potoro kecamatan Andolo Konawe Selatan, Senin (06/02/23).

Dalam Sambutannya Rois Syuriah PCNU Konsel, KH. Moh. Wildan Habibi Arif, mengatakan peringatan Harlah NU ini menjadi momentum untuk menjaga dan merawat keberagaman di daerah kita.

“Kabupaten Konawe Selatan merupakan bagian dari miniatur Indonesia dengan kekayaan budaya yang dimiliki,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan, mendekati tahun politik berbagai upaya dilakukan untuk memecah belah keragaman. Isu politik identitas dan agama seringkali mewarnai saat pemilu, hal itu berpotensi dapat merusak keamanan daerah.

“Alhamdulillah berkat semangat persatuan kita mampu menjaga keberagaman di Konawe Selatan,” syukurnya.

Dirinya juga menerangkan, NU sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, lantang menyerukan “TIDAK” terhadap radikalisme dan tetap berkomitmen bahwa ideologi negara Indonesia adalah Pancasila.

“NU lantang menyerukan Tidak terhadap Radikalisme dan Ideologi Indonesia adalah Pancasila,” tegasnya.

Menurutnya, Pola pemahaman dan praktek keagamaan NU mencirikan Islam yang inklusif dan moderat, sehingga perlu disebarluaskan ajarannya, terutama kepada anak-anak untuk membentengi mereka dari ideologi aliran garis keras itu.

“Paham garis keras perlu kita antisipasi sejak dini, utamanya anak-anak,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakapolda Sultra, Brigpol Waris Agono menyampaikan, peringatan Harlah NU ini menjadi momentum untuk menjaga dan merawat keberagaman di daerah kita. Apalagi tugas polisi dan Ulama saling berkaitan dalam menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

“Tugas Ulama pada bagian Amar Ma’ruf sedangkan Polisi akan lebih banyak pada Nahi Munkar sehingga Polisi harus mendekat kepada Ulama agar tidak terlibat kepada kemunkaran,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan, usia seabad merupakan momentum luar biasa NU yang telah membuktikan peran sejak era perjuangan, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan, hingga kini mampu memberikan kontribusi besar bagi bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

”Kontribusi NU mulai di tengah masyarakat kultural seperti pondok pesantren, madrasah dan majlis taklim. Kemudian di pemerintahan mulai dari bupati, gubernur, sampai presiden juga legislatif ada peran-peran masyarakat NU dan ini nyata bahwa NU itu organisasi yang memiliki kontribusi besar terhadap bangsa,” pungkasnya.