Harian Kendari

Sharing Season Film Karya Anak Milenial di Festival Film dan Foto Wakatobi 2022

Foro bersama para peserta, juri dan sutradara film pada festival film dan foto Wakatobi 2022. Foto : Sulthan

HARIANKENDARI.COM, WAKATOBI – Hari ke dua Festival Film dan Foto Wakatobi 2022, putar 4 film pendek karya anak Milenial, di resort Ampupu Beach Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

Tak hanya itu, pasca pemutaran film, para sutradara dari masing-masing film melakukan sharing season soal karya mereka.

Melalui pantauan awak media Hariankendari, Film -film yang ditayangkan yakni Santiago Oputa Yi Koo pemenang dalam lomba kegiatan Napak Tilas Oputa Yi Koo di HUT ke-58 Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kedua, film Mustari Mencari Aksara yang disutradarai sineas asal Kabupaten Wakatobi, Muis Bojest yang meraih juara dua pada Festival Film Edukasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Film ketiga, Kurang Piknik karya rumah produksi Studio Kurang Piknik asal Kota Baubau, Sultra. Keempat, Adaption dan between us karya sineas asal Kota Makassar bernama Andreuw Parinussa.

Tak hanya itu, satu episode web series berjudul Sekdes Kehilangan Kambing, produksi Saritando Official, yakni channel konten kreator youtube asal Kabupaten Konawe juga meramaikan pemutaran film pada Festival Film dan Foto Wakatobi 2022 ini.

Sutradara film pendek Santiago Oputa Yi Koo, Alan, kepada awak media sedikit bercerita tentang film garapannya tersebut.

Alan bercerita, film Santiago Oputa Yi Koo lahir dari adanya keresahan terhadap masyarakat di daerah yang menutup sejarah yang seharusnya dibuka. Padahal menurutnya, itu mesti dikuak ke publik agar perjuangan sejarahwan itu di ekspose hingga ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

“Yang saya angkat di film ini adalah perjuangan sejarawannya. Bagaimana sejarawan berjuang untuk menjadikan Oputa Yi Koo ini sebagai seorang pahlawan,” ujar Alan.

Santiago Oputa Yi Koo adalah film pendek berdurasi 25 menit yang menceritakan tentang seorang sejarawan bernama La Jon yang melakukan riset terhadap Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, atau yang biasa disebut Oputa Yi Koo. Namun hal tersebut ditutupi oleh warga karena merupakan rahasia bagi orang Buton.

La Jon pun berusaha mendapatkan informasi tersebut dengan melalui berbagai rintangan yang mengantarkannya hingga ke dalam hutan Gunung Siontapina.

Sementara itu, sutradara film Mustari Mencari Aksara, Muis Bojest menuturkan, film pendek karyanya berdurasi 25 itu menceritakan tentang buta aksara di Suku Bajo, Kabupaten Wakatobi.

“Saat itu tujuan saya ingin mengedukasi khususnya Suku Bajo, bahwa pendidikan itu penting untuk zaman seperti sekarang ini,” tutur Bojest.

Pria yang akrab disapa Bojest itu berharap, acara  serupa dapat terus diadakan, tidak terputus hanya sampai pada festival film tahun ini.

“Sineas-sineas Wakatobi itu otodidak semua, tidak ada yang jebolan dari akademisi film. Jadi harapan kita di festival ini jangan sampai disini. Apalagi Wakatobi sudah ditetapkan sebagai kota kreatif bidang subsektor film animasi dan video, ya harapan kami kegiatan ini intens,” harap Bojest.

Reporter : Sulthan