Harian Kendari

JUDUL : Penangkapan Anggota Khilafatul Muslimin dan 1 Juni 2022, Ada Apa?

HARIANKENDARI.COM, Kendari – Beberapa hari terakhir ini bangsa kita dihebohkan dengan penangkapan beberapa anggota dan unsur pimpinan organisasi Khilafatul Muslimin oleh pihak kepolisian dengan kasus tindakan yang menciptakan suasana yang tidak kondusif atau dengan kata lain berbuat makar. Tentu ini menjadi satu topik hangat yang pastinya diperbincangkan dan dipersoalkan di kalangan masyarakat khususnya ummat muslim Indonesia yang terus mengikuti update informasi terbarunya.

Di kalangan ummat muslim sendiri tentunya tak dapat kita pungkiri juga potensi terjadinya pro atau kontra satu sama lain dalam menanggapi peristiwa yang saat ini hangat diangkat sebagai salah satu topik di beberapa media ternama yang ada di Indonesia. Apalagi melihat latar belakang organisasi Khilafatul Muslimin yang secara jelas menginginkan sistem pengelolaan Negara dengan cara Islam atau sistem Khilafah yang sering mereka sebut Islam Kaffah. Tentunya ini akan menuai perdebatan dengan banyak organisasi yang memegang teguh Pancasila sebagai ideologi Negara yang menggunakan sistem demokrasi.

Menulis tentang Pancasila secara taķ langsung mengahruskan kita untuk kembali mengingat 1 Juni 2022 yang belum lama ini kita lewati. Sebab pada tanggal tersebut adalah hari peringatan nasional kelahiran ideologi Pancasila. Pancasila sendiri merupakan dasar negara Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman hidul berbangsa dan bernegara Indonesia. Itulah mungkin sebabnya, falsafah bangsa ini sangat penting keberadaannya menjadi salah satu referensi besar untuk belajar menjadi warga negara Indonesia yang baik.

Kita tahu bersama, dalam perayaan 1 Juni Hari Pancasila, kita selalu disuguhkan dengan berbagai acara peringatan yang tentunya tidak keluar dari nilai-nilai pedoman kita. Peringatan tersebut dijadikan sebagai momentum dalam merenungi kehidupan berbangsa kita masih dalam tanda tanya tentang pengamalan nilai-nilai Pancasila. Namun, pada tahun 2022 ini, sebagian orang tampaknya tak senang lagi melihat peringatan tersebut dan malah menggelar kegiatan lain yang justru dianggap bertentangan dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Seperti itulah yang dilakukan kelompok Khilafatul Muslimin.

Dilansir dari unggahan media Polda Metro Jaya beberapa waktu belakang, kelompok Khilafatul Muslimin diketahui menggelar konvoi Kebangkitan Khilafah atau sama dengan mendeklarasikan Islam Kaffah diterapkan di Indonesia. Sebagai seorang muslim mungkin ini merupakan yang terbaik. Namun sebagai muslim dan warga Indonesia yang baik justru hal ini perlu digugat lagi, baik dari motif hingga tujuan dari deklarasi tersebut.

Tentu juga, penangkapan anggota Khilafatul Muslimin akan mengundang cara pandang seorang muslim untuk berfikir bahwa Islam telah dijajah ataupun bahasa-bahasa tak senonoh lainnya, serta menganggap bahwa pihak berwajib telah melakukan tindakan di luar batas karena menghalangi kebebasan rakyat untuk berekspresi. Dengan begitu pula, bagi siapapun yang berfikir secara objektif maka akan berkesimpulan sama menanggapi persoalan yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.

Hal ini kemudian perlu penjelasan yang subjektif untuk menanggapi persoalan tersebut. Dengan itu maka diperlukan juga sudut pandang yang berbeda dengan menggunakan konsep kenegaraan kita. Seperti kita ketahui bersama bahwa Radikalisme dan Terorisme merupakan suatu paham yang saat ini menjadi musuh negara kita, sebab pemahaman ini berpotensi memecah belah persatuan ummat beragama. Tentu ini harus sebisa mungkin dicegah agar pondasi bernegara kita semakin kuat dan menciptkana kerukunan di tengah-tengah perbedaan.

Berbicara tentang Indonesia, maka tak ada satupun kelompok yang perlu diistimewakan ketika berhubungan dengan ranah yang melanggar norma-norma serta adat istiadat. Tanah air ini mengakui penuh keberagaman yang mengedepankan persatuan Indonesia, atau dengan kata lain bersiap berhimpun ketika berbicara mengenai Indonesia. Sebagai warga negara juga, kita dianjurkan untuk taat membela tanah air sebagaimana lafadz jargon Hubbul Wathon Minal Iman, bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman.

Oleh karena itu, pemahaman yang berpotensi dapat memicu timbulnya perpecahan dan peperangan mesti dijauhkan agar tidak meracuni apa yang selama ini dititipkan para pendiri bangsa kita. Desain berwajah kerukununan yang mereka titipkan ini harus terus memotivasi kita semua untuk dilestarikan untuk keberlangsungan bangsa ini. Sebab, kita semua tentu tidak menginginkan negara ini luluh lantah akibat perang saudara.

Saat menulis ini, saya teringat dengan apa yang diucapkan bapak proklamator kita Ir Soekarno, “Perjuanganku tidak besar karena melawan penjajah, tetapi perjuangan kalian akan lebih besar karena melawan bangsa kalian sendiri”. Sebenarnya dalam kalimat itu Ir. Soekarno telah mewanti-wanti akan hadirnya peperangan sesama saudara di Indonesia dan demikian telah terjadi, entah perang Ideologi, fisik, ataupun sebagainya.

Namun, perang ideologi merupakan salah satu perang yang sangat besar karena menyerang dalam fikiran manusia, mencoba memainkan peran dengan kedok yang realistis. Kita dapat melihat bagaimana politik saat ini membungkusnya dengan agama. Tentu hal ini harua diwaspadai, sebab menggunakan dasar agama lebih mudah mempengaruhi pemikiran orang-orang. Itulah sebabnya beberapa gerakan-gerakan seperti ini selalu diwaspasai aparat penegak hukum agar dicegah sedini mungkin. Tugas menjaga keutuhan NKRI ini merupakan tugas mulia dan harus kita apresiasi. Aparat penegak hukum telah memberikan kontribusi besar dalam menangani persoalan radikalisme dan terorisme.

Penulis: Muh. Rifky Syaiful Rasyid*
(Ketua Gerakan Muda Peduli Nusantara/GMPN Sulawesi Tenggara)